Dan bahkan dia tak pernah menganggapku ada. Aku hanyalah seorang yang singgah didepan matanya. Yang berlalu begitu saja tanpa arti yang mendalam baginya, aku hanya bisa diam, karena aku terlalu mementingkan harga diriku. Aku terlalu jaim untuk mengungkapakan apa yang aku mau. Ah…sudahlah mungkin ini memang sudah takdir aku tak bisa memilikinya.
Jantungku terus bermain drum saat aku melihatnya dan menyadari dia akan berada diruang ini selama sembilan jam. Satu ruangan dengan ku, kerena kami satu kantor. Orangnya lucu. Tampan. Pintar.asik banget diajakin ngobrol. Suasana menjadi sangat ramai kalo ada dia. Pokoknya dia adalah criteria cowok yang nggak mungkin di tolak cewek. Dan Cuma cewek-cewek yang nggak normal lah yang nggak mau sama dia. Tapi aku yakin itu nggak mungkin ada. Perfecly boy.
Tapi satu yang amat dan sangat aku sayangkan. Dia udah punya cewek. Nala. Aku tak tahu secantik apa Nala, apakan dia pantas mendampingi Doni? karena dia tinggal di luar
Aku tahu seperti apa Nala hanya dari Doni. Doni sering cerita tentang hubungannya dengan Nala. tapi Doni tak pernah tahu kalo aku menyukainya. Jaim dan malu, itu yang selalu menghantuiku.
Sesorean kemaren Doni bercerita banyak sekali tentang hubungannya dengan Nala. ternyata ada sebuah kerenggangan disana. Keinginan Nala untuk memiliki suami yang berprofesi pengusaha, pagi ke kantor pake jas dan dasi. Membuat Doni semakin tertekan, karena dia berprofesi sebagai wartawan. Seharusnya kau senang dengan keadaan ini, tapi melihat Dono yang sedih begini, aku jadi geram pada keadaan yang menyakiti orang yang aku suka. Aku hanya bisa memberikan saran agar hubungan mereka membaik. Walopun ada sedikit keengganan dalam hati ini.
Munafik sekali aku ini. Berharap agar Doni putus sama Nala, tapi aku sendiri memberikan saran agar hubungan mereka berjalan mulus.
Terkadang aku berfikir, sebelum janur kuning melengkung, aku yakin pasti masih ada harapan untuk mendapatkan Doni.
Tapi apakan ini hayalah sebuah harapan belaka karma aku tak berusaha. Ataukan aku memang benar-benar punya harapan yang datang dari hati Doni?
Entahlah…hanya keberanianku yang bisa menjawabnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar