Selasa, 11 Maret 2008

Sajian pagi ’wongcilik’

Sabtu, 08 Maret 2008

Disebuah kantor bank swasta di kota kediri, selalu menyajikan Koran yang dipampang di paran (papan koran). Para tukang ojek, tukang becak dan para pedagang asongan keliling yang sering mangkal di disekitar kantor, ang setiap pagi menikmati sajian pagi ini. Mereka harus terpaksa membaca di paran karena mereka memang tidak sempat untuk membeli koran baru karena sibuk mencari uang.

Mereka semua berjejal untuk membaca koran hari itu juga. Mungkin karena mereka tak mampu lagi membeli informasi dengan media apapun. Sedangkan media komunikasi yang mereka punya adalah radio yang setiap saat hanya menyajikan lagu-lagu jaman sekarang dan berita-berita para artis.

Para ’wong cilik’ itu hanya ingin tahu siapa sebenernya mentri perdgangan dinegri tercinta ini, kok berni-berninya menaikkan harga sembako. Padahal harga narik becak nggak bisa dinaikkan. Jika tarif becak dinaikkan maka penumpang akan lebih memilih naek angkot atau ojek.

Semuanya sama-sama kasihan, sama-sama mencai nafkah untuk anak istri tercinta yantg senantiasa menanti dirumah, sama-sama berjuang.

Fenomena ini mengajakku untuk bernostalgia besama cerita para orang tua tentang sejarah indonesia pada zaman peperangan yang sulit sekali mendapatkan informsai. Karena memang pada zaman itu alat telekomunikasi masih sangat minim dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu. Dan kalo ada yang ingin mendengarkan informasi, maka harus kerumah orang yang lebih kaya. Karena pada zaman itu hanya orang kaya yang punya.

Dengan cara mereka menyempatkan diri untuk membaca koran di paran bank swasta itu. Sebenernya bisa menunjukka bahwa mereka semua sangat peduli pada bangsa ini. Hanya masih ada sebuah kesulitan untuk mereka sadari bahwa mereka bahkan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk bangsa tercinta.

Demikian liputan hari ini

Lina melaporkan dari kediri.

Tidak ada komentar: